phaus.org – Sejarah Tersembunyi dalam Hutan Aokigahara, Hutan Aokigahara, juga dikenal sebagai “Lautan Pohon” atau “Jukai” dalam bahasa Jepang, adalah hutan yang terletak di kaki Gunung Fuji di Jepang. Hutan ini terkenal bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena sejarah kelam dan misteri yang menyelimutinya. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi sejarah tersembunyi dan cerita-cerita yang beredar tentang Hutan Aokigahara.
Asal Usul dan Keunikan Geografis
Aokigahara terbentuk di atas aliran lava dari letusan Gunung Fuji sekitar 1.150 tahun yang lalu. Lava yang membeku menciptakan lanskap yang unik dengan gua-gua es dan formasi batuan yang aneh. Hutan ini sangat lebat, dengan pepohonan yang tumbuh sangat rapat sehingga sinar matahari sulit menembus hingga dasar hutan. Keadaan ini menciptakan suasana yang gelap dan sepi, yang sering kali menambah kesan misterius dari hutan ini.
Legenda dan Mitologi
Dalam sejarah dan budaya Jepang, Aokigahara sering di kaitkan dengan mitos dan legenda yang menyeramkan. Salah satu cerita rakyat yang terkenal adalah tentang “ubasute,” sebuah praktik kuno di mana orang tua atau anggota keluarga yang sakit di tinggalkan di hutan untuk mati. Meskipun tidak ada bukti konkret bahwa ubasute pernah di lakukan di Aokigahara, cerita ini tetap hidup dalam imajinasi masyarakat dan memperkuat reputasi seram hutan ini.
Sejarah Tersembunyi Pusat Bunuh Diri
Aokigahara di kenal luas sebagai “Hutan Bunuh Diri.” Sejak pertengahan abad ke-20, hutan ini menjadi lokasi populer bagi mereka yang ingin mengakhiri hidup mereka. Setiap tahun, polisi dan sukarelawan menemukan puluhan jenazah di dalam hutan ini. Pada tahun 2003, sebanyak 105 jenazah di temukan di Aokigahara. Pemerintah setempat telah memasang tanda peringatan di seluruh hutan yang berisi pesan-pesan untuk mencegah bunuh diri dan menyediakan informasi kontak untuk bantuan.
Lihat juga: Sejarah Penemuan Hewan Jumbo Dari Normalnya
Pengaruh Sastra dan Budaya Populer
Popularitas Aokigahara sebagai lokasi bunuh diri dipicu oleh karya sastra dan media. Novel “Nami no Tou” (Menara Gelombang) karya Seicho Matsumoto yang diterbitkan pada tahun 1960-an dan novel “Kuroi Jukai” (Hutan Hitam) karya Wataru Tsurumi pada tahun 1993, yang berisi panduan cara bunuh diri, diduga mempengaruhi banyak orang untuk memilih Aokigahara sebagai tempat terakhir mereka. Hutan ini juga sering muncul dalam film, acara televisi, dan dokumenter, yang memperkuat citra seramnya.
Upaya untuk Mengubah Reputasi
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai upaya telah di lakukan untuk mengubah reputasi Aokigahara. Program edukasi dan pencegahan bunuh diri terus di galakkan, dan hutan ini juga di promosikan sebagai destinasi wisata alam yang indah. Banyak wisatawan datang untuk menjelajahi gua-gua es, jalur pendakian, dan menikmati pemandangan Gunung Fuji yang menakjubkan.
Kesimpulan Hutan Aokigahara
Hutan Aokigahara adalah tempat dengan sejarah yang kompleks dan beragam. Dari keindahan alamnya yang luar biasa hingga cerita-cerita menyeramkan yang melekat padanya, hutan ini tetap menjadi salah satu tempat paling misterius di Jepang. Meskipun terkenal karena aspek gelapnya, Aokigahara juga menawarkan kesempatan untuk refleksi dan apresiasi terhadap keindahan alam yang luar biasa.