phaus.org – Misteri Yūrei: Sejarah Kelam Hantu-Hantu Jepang, Hantu atau roh, dikenal sebagai yūrei dalam bahasa Jepang, memiliki sejarah panjang terkait tradisi keagamaan, budaya, dan kesenian Jepang. Meskipun sering diasosiasikan dengan kisah horor modern, asal usul dan perkembangan hantu di Jepang melalui perjalanan yang mencakup berbagai pengaruh.
Sejarah Kelam Asal-usul Kepercayaan Hantu di Jepang
Pengaruh Shinto dan Buddha
Dua agama besar, Shinto dan Buddha, sangat memengaruhi pandangan masyarakat Jepang tentang kematian. Dalam Shinto, alam semesta penuh dengan roh, atau kami, yang bisa berupa dewa, roh alam, atau roh leluhur. Agama Buddha, yang masuk ke Jepang pada abad ke-6, membawa konsep karma dan reinkarnasi. Dalam pandangan ini, jiwa seseorang terlahir kembali sebagai roh tergantung pada perbuatan di kehidupan sebelumnya.
Kedua agama ini membentuk cara pandang masyarakat Jepang terhadap kematian. Dalam konteks ini, yūrei muncul sebagai roh yang belum menemukan kedamaian karena urusan duniawi yang belum selesai, seperti dendam atau rasa kehilangan.
Peran Onryō dalam Mitologi Kuno
Salah satu jenis yūrei yang terkenal adalah onryō, sosok pendendam yang biasanya digambarkan sebagai wanita. Dalam banyak cerita rakyat Jepang, onryō meninggal dengan kemarahan atau dikhianati oleh orang yang dicintainya. Roh ini kembali untuk membalas dendam dan muncul dalam sejarah tertulis Jepang pada periode Heian (794-1185 M).
Perkembangan Konsep Hantu dalam Budaya Jepang
Periode Edo: Masa Kejayaan Cerita Hantu
Pada periode Edo (1603-1868), cerita hantu sangat populer. Seni tradisional seperti kabuki dan ukiyo-e sering menampilkan tema supranatural. Salah satu contoh terkenal adalah Yotsuya Kaidan, drama kabuki tentang Oiwa, seorang wanita yang dikhianati suaminya dan kembali sebagai onryō.
Di zaman Edo, muncul juga permainan hiburan bernama hyakumonogatari kaidankai, permainan seratus cerita hantu. Dalam permainan ini, peserta menceritakan kisah menyeramkan dan menyalakan seratus lilin. Setiap kali sebuah cerita selesai, satu lilin padam, dan saat lilin terakhir padam, roh dari kisah-kisah tersebut muncul.
Era Meiji dan Modernisasi
Setelah Jepang memasuki era Meiji (1868-1912), pandangan masyarakat terhadap hantu mengalami perubahan. Meskipun kepercayaan pada roh tetap ada, pengaruh rasionalisme dan ilmu pengetahuan mulai mempengaruhi persepsi masyarakat. Namun, kepercayaan terhadap yūrei tetap hidup dan terintegrasi dalam budaya populer modern, seperti film dan literatur.
Hantu-Hantu Terkenal dalam Tradisi Jepang Misteri Yūrei
Oiwa dan Okiku
Oiwa dari Yotsuya Kaidan menjadi hantu terkenal akibat pengkhianatan suaminya. Kembali sebagai onryō, menghantui suaminya dengan penampilan menyeramkan. Sementara itu, Okiku, seorang pelayan yang di bunuh dan di lempar ke dalam sumur di Kastil Himeji, menghantui tempat-tempat tertentu, menghitung sampai sembilan, lalu menjerit saat kehilangan benda kesepuluh.
Kesimpulan Sejarah Kelam Misteri Yūrei
Hantu-hantu dalam tradisi Jepang, atau yūrei, memiliki akar sejarah yang dalam. Dari pengaruh agama hingga periode Edo, konsep roh terus berkembang. Kisah Oiwa dan Okiku mencerminkan pandangan masyarakat Jepang terhadap kematian dan kehidupan setelahnya.